TIGA (3) LANGKAH KURANGI DERITA
PENDERITAAN bagi saudara-saudara kita yang sedang diuji Tuhan dalam kemalangan. Padahal makna ujian adalah pemberian Tuhan terhadap manusia yang akan dinaikkan peringkatnya. Boleh jadi berupa kemiskinan, penderitaan, dan kemalangan. Ini yang sering diakui manusia, tetapi ujian berupa kebahagiaan dan kesenangan kerapkali disebut anugrah. Sesungguhnya tidak selalu demikian. Anugrah biasa diartikan kesenangan dan ujian sering ditunjukkan kepada penderitaan. Pendapat yang dangkal ini perlu diluruskan, oleh siapa?
* Orang-orang yang punya iman;
* Orang yang sedang diuji kemalangan yang sebelumnya hidup serba kecukupan. Dia baru merasakan.
Tiga (3) langkah penting kurangi derita manusia:
1. Meskipun dalam kesusahan, misalnya sedang sakit biasa apalagi parah stroke, maka jangan sekali-kali menyesali atas penyakit yang dideritanya. Apalagi ngomel alias ngutruk kepada siapa saja yang membuat gaduh atau brisik. Malah lebih gawat, seolah-olah Tuhan tidak sayang padanya. Tidak menyesali berarti menyukuri nikmatnya sakit, boleh jadi yang sehari-harinya disibukkan dengan berbagai urusan: anak-isteri, tetangga, bahkan orang tua terabaikan. Setalah sakit, maka dapat berkumpul dengan mereka. Inilah yang harus disyukuri, sehingga Tuhan akan segera menyembuhkan penyakitnya dan meningkatkan derajatnya di mata manusia dan Tuhan;
2. Berbaik sangka kepada semua orang, bahkan kepada binatang sekalipun. Biasanya kalau orang sedang menderita sakit, maka akan lebih banyak berpikiran "tidak sayang kepadanya."
3. Banyak berbuat kebaikan atau amal. kalangan menengah ke atas yang banyak harta, maka laiknya banyak berderma ketika diuji dalam keadaan sakit. Bisa jadi (maaf, bukan menuduh) harta yang dimakan sehari-hari bersama keluarga, bahkan yang disumbangkan atas nama solidaritasnya adalah terdapat harta yang haram, meski sedikit. Berbuat baik dan amal yang diiringi doa. Persaoalan bangsa kita memang sangat kompleks, di antaranya:
* Pendidikan, baik anak usia sekolah, maupun pendidikan tinggi mengalami degradasi, khususnya dalam pembiayaan. Seolah-olah sudah dibisniskan;
* Masalah kemiskinan, penanggulangannya tidak sistematis, bahkan kemiskinan tersebut seolah-olah "dipelihara'" sebagai proyek dinas atau departemen atau institusi tertentu, sehingga yang mengelola "warga miskin" adalah menjadi kaya, kenyataan kan?
* Penanganan kasus-kasus di berbagai daerah maupun di pusat, takkunjung tuntas, baik di pengadilan maupun di kepolisian. Orang awam mengatakan "selalu mentok aliasmansul." Oleh karena itu, pantas saja masyarakat lebih suka mengataasi masalah dengan jalan pintas, sperti demo atau unjuk rasa, dan protes yang malah menimbulkan masalah baru, meskipun ada yang akhirnya dapat diselesaikan dengan demo tersebut.
Senin, 22 Februari 2010
Diposting oleh OSIS MTsN MODEL PADANG di 05.13
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar